A. Latar Belakang Masalah
Perkataan pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalam pe dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri Prof. Jons berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa tamil yang berarti menjadi guru, sedangkan CC. Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu, kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. (Zamakhsyari Dhofier, 1994 : 18 )
Secara umum pesantren atau pondok didefinisikan sebagai “lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama, kyai sebagai sentral figurnya dan masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya.” Sebagai lembaga yang mengintegrasikan seluruh pusat pendidikan, pendidikan pesantren bersifat total, mencakup seluruh bidang kecakapan anak didik; baik spiritual (spiritual quotient), intelektual (intellectual quotient), maupun moral-emosional (emotional quotient). Untuk itu, lingkungan pesantren secara keseluruhannya adalah lingkungan yang dirancang untuk kepentingan pendidikan. Sehingga segala yang didengar, dilihat, dirasakan, dikerjakan, dan dialami para santri, bahkan juga seluruh penghuni pesantren, adalah dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan cara ini pesantren telah mewujudkan sebuah masyarakat belajar yang kini dikenal dengan istilah learning society.